my support system

matchawcoffe
4 min readSep 16, 2023

Langit bersedih yang sepertinya mendukung suasana hati Seokmin saat ini.

Hujan membasahi ibukota tak membuatnya berhenti berjalan mengikuti langkah kakinya entah kemana.

Bajunya -kaos dan celana jins- yang sudah basah kuyup tak ia hiraukan hingga akhirnya langkahnya berhenti didepan gedung apartemen yang entah kenapa membuat Seokmin kini terdiam menundukkan kepalanya hingga sebuah suara membuatnya mendongak.

“SEOKMIN!!!!” Seorang laki laki membawa payung dan tas yang bertengger di punggungnya berlari mendekati Seokmin.

“Dasar bodoh. Lihat, kamu udah basah kuyup kaya gini. Gimana kalo kamu sakit?” Tangan laki laki itu sibuk merapikan anak rambut yang menutupi mata Seokmin sambil terus mengatakan hal hal yang entahlah tak Seokmin dengarkan.

“Soo...”

“Buruan ke apart aku, nanti kelamaan di luar kamu bisa flu Seok. Jangan ngeyel udah.”

Hong Jisoo- membawa Seokmin ke dalam apartemennya. Ia langsung menyuruh laki laki hidung bangir itu untuk masuk ke kamar mandi dan mangganti pakaiannya.

“Buruan ganti baju, kalo udah selesai aku tunggu di dapur ya. Oh aku cuma punya ayam buat diangetin gak papa kan Seok?”

Hanya anggukan singkat yang didapat. Seokmin mengambil baju dan handuk yang Jisoo sodorkan kemudian masuk kedalam kamar mandi.

Setelah 10 menit lamanya, Seokmin keluar dengan rambut yang masih sedikit basah berjalan kearah dapur dan menemukan Jisoo yang tengah menunggunya di sana.

“Ayok sini duduk, makan yang banyak ya”

Tak ada percakapan selama Seokmin menghabiskan makanannya dan Jisoo sibuk mengeringkan rambut Seokmin yang tadi basah.

“Soo-”

“Ceritanya nanti aja, abisin makannya dulu okey?”

Jam menunjukkan pukul 22.00 Jisoo juga Seokmin kini sudah berbaring diatas kasur dengan lengan Seokmin yang menjadi bantalan untuk Jisoo.

“Jadi... did you have a good day?” Tanya Jisoo membuka percakapan mereka.

“Umm i don’t think so.”

“Sesuatu terjadi?” Jisoo mendongakkan kepalanya untuk menatap laki laki bangir di sampingnya.

“Aku cape Soo. Cape sama diri aku yang sekarang.”

“Kenapa? Masalah pekerjaan kamu?”

“Bukan”

“Terus?”

“Tentang papah mamah juga Wonwoo.”

Jawaban Seokmin membuat Jisoo mengubah posisinya. Ia raih tangan Seokmin yang tadi menjadi bantalan kini ia rangkuh disampingnya.

“will you tell me?”

“Soo kamu tau kan aku sama Wonwoo itu kembar.”

“Tau”

“Kamu tau kan kalo aku sama Wonwoo lahir dari rahim yang sama?”

“Ya tau lah Seok”

“Tapi kamu tau kalo kembar itu nggak semuanya sama?”

“Maksudnya?”

“Ya kembar nggak semua harus sama dan mirip kan? Setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan masing masing termasuk anak kembar.

Dan yang aku rasakan sekarang adalah aku yang nggak pernah dianggap ada di keluarga.”

“Kenapa gitu? Kamu punya semua. Kamu punya Papah, Mamah, Wonwoo-”

“Tapi nggak dengan kasih sayang mereka.”

Jisoo kembali terdiam mencoba mencerna kembali setiap kata yang Seokmin ucapkan barusan.

“I’m trying to understand this, tapi rasanya susah Soo. Tinggal dirumah yang sama tapi diperlakukan dengan cara yang berbeda.

Okey, I understand and I know Wonwoo itu pinter bahkan banget. Dia selalu masuk dalam list semua Olimpiade dan dapet biasiswa di luar negri karena kepintarannya.

Aku emang nggak pinter di bidang pendidikan but i’m talented di bidang lain. Buktinya aku bisa sejauh ini juga berkat bakatku Soo.

Tapi apa? Mamah sama papah nggak pernah sekalipun ngucapin selamat atau bahkan ngedukung apa yang aku jalani sekarang.

Mereka cuma fokus ke Wonwoo, Wonwoo dan Wonwoo. Mereka lupa ya punya 2 anak? Atau emang kehadiran ku mengganggu di keluarga?”

“Hey stop jangan berpikir negatif kaya gitu. Seok, dengerin aku. Emang salah kalo orang tua berlaku beda sama anak mereka apa lagi anak kembar.

Tapi disisi lain, coba kamu pikir deh. Ada nggak sih perkataan atau perilaku kamu yang ngebuat papah mamah seolah nggak nganggep kamu?”

Kini pertanyaan Jisoo yang membuat Seokmin terdiam karena seperti merasakan salah pada dirinya di masa lalu.
“Ada”

“what’s that?”

“Aku yang menolak ambil jurusan kaya yang papah mau. Aku inget, 2 tahun lalu papah yang emang udah kekeh buat masukin aku ke bisnis tapi aku ngecewain dia dengan masuk jurusan musik.”

“Selain itu?”

“Aku banyak ngecewain mereka Soo.”

“Sekarang udah tau alasan papah sama mamah berlaku beda sama kamu? Seok, aku tau memaksakan sesuatu yang nggak kita minati itu susah dan berat buat dijalani.

Tapi apa salahnya sih buat kamu mencoba sesuatu hal baru, sesuatu yang belum kamu sukai itu. Pikirin baik baik dengan karirmu yang sekarang udah jadi soloist dan manggung di mana mana.

Suatu saat kamu juga akan butuh sesuatu hal yang baru disaat kamu suntuk pada pekerjaan mu. Saran aku, kamu omongin baik baik ke papah. I don’t charge, but ada baiknya kamu mulai belajar bisnis dari sekarang.

Walaupun nantinya nggak kepake sekalipun, seenggaknya papah mamah tau perjuangan kamu. Paham maksud aku kan Seok?”

“Tapi Soo, apa dengan aku nglakuin itu papah dan mamah akan berlaku sama dengan apa yang mereka lakukan ke Wonwoo?”

“Enam puluh persen selama kamu tetap komitmen dengan niatmu, aku yakin lambat laun mamah papah juga akan melihat sisi diri kamu yang nggak mereka tau.”

Seokmin menghela nafasnya kasar. Rasanya sedikit demi sedikit beban yang ia tanggung mulai perlahan terselesaikan.

Ringan rasanya pikiran dan perasaan yang mulai mending tak bergemuruh dan berkecamuk seperti tadi.

“Jisoo...”

“Iya?” Jisoo kembali menarik tangan Seokmin untuk di jadikan bantalan dan dirinya yang memeluk tubuh kekar pria disampingnya.

“Makasih yaa, kamu udah dengerin keluh kesah aku.”

“Iya sama sama. Itu juga udah bagian dari kawajiban aku kan? Seokmin harus terus bahagia, karena sumber kebahagiaan aku ada di Seokmin. Jadi jangan sedih lagi ya. Jisoo ada selalu buat Seokmin. Okey?”

Senyum simpul muncul di bibir Seokmin. Ia mengeratkan pelukan nya pada tubuh kecil Jisoo seolah tak mengizinkan Jisoo nya pergi kemana pun.

“Bahagia selalu juga buat kamu ya Soo karena sumber kehidupan ku sekarang cuma kamu. Good night Jisoo.”

“Hmmm good night too Seokmin.”

Dan pelukan itu tak terlepas hingga mereka masuk dalam dunia mimpi masing masing.

--

--

No responses yet