my husband

matchawcoffe
5 min readDec 2, 2023

Minggu pagi yang cerah untuk memulai aktivitas. Kicauan burung yang bertengger pada dahan dahan pohon seolah bersenandung merdu menjadi alarm bagi orang orang untuk segera bangun.

Sinar matahari lolos melalui celah gorden, masuk menerpa wajah laki laki manis yang masih tertidur pulas diatas kasur. Wajah damai dan teduh kala ia memejamkan matanya.

“Pssttt sayangku... ayo bangun...” Seorang laki laki lain datang berjongkok ditepian kasus.

Tangannya terulur membenarkan anak rambut yang menutupi mata, jangan lupakan kecupan singkat yang ia bubuhkan di bibir si lawan bicara.

“Unggh Seok lima menit lagi yaa, masih ngantuk.” Ujar yang masih berbaring diatas kasur tanpa membuka matanya.

“Loh katanya hari ini mau jalan ke mall beli keperluan buat si adek? Jadi ngga?” Mendengar itu seketika si lawan bicara membuka matanya. Ia teringat rencana mereka semalam.

Jisoo, laki laki manis yang saat ini tengah hamil besar dengan usia kandung sudah menginjak 7 bulan 3 minggu.

Dengan hati hati sang suami menuntunnya bangun mengantarkan ke kamar mandi untuk mencuci muka terlebih dahulu sebelum menuju meja makan.

“Hari ini kita sarapan apa?”

“Aku udah panggang roti atau kamu mau sarapan lain?”

Dijawab gelengan singkat. Jisoo meraih piring berisikan roti selai coklat dan memakannya sambil menunggu sang suami membuatkannya susu.

Siangnya sesuai dengan rencana, Jisoo dan Seokmin pergi ke mall yang tidak jauh dari rumah mereka untuk sekedar membeli perlengkapan bayi sekalian belanja bulan.

“Seok aku aneh ya pake baju kaya gini?” Sambil terus memperhatikan penampilannya dari pantulan cermin.

Jisoo mengenakan hoodie berwarna biru laut dan celana berwarna cream yang berukuran lebih besar dari yang dulu ia sering pakai.

“Engga sayang, kamu cantik kok pake apapun.”

“Tapi aneh gak sih kayak aneh aja gitu?”

“Astaga Jisoo engga aneh kok. Lucu loh kamu pake baju itu, udah yok kita berangkat keburu siang nanti rame mallnya.”

Setelah berhasil meyakinkan si manis jika dirinya terlihat bagus menggunakan pakaiannya, mereka pun akhirnya berangkat.

Sepanjang perjalanan Jisoo asik melihat pemandangan kota dari jendela mobil sambil mengelus perutnya. Hatinya tengah dalam mood yang bagus.

“Perutnya masih sering sakit ngga?” Tanya Seokmin saat mobilnya berhenti di lampu merah. Ia ikut meletakkan telapak tangannya untuk mengelus perut si manis.

“Engga sih tapi lebih ke sakit pinggang aja, pegel soalnya ehe.”

Sesampainya di mall keduanya langsung berkeliling mencari store perlengkapan untuk bayi. Sesuai dugaan jika mall akan ramai di hari minggu.

Dua jam dihabiskan untuk memilih perlengkapan bayi dan itu sangat menguras tenaga untuk Jisoo ditambah dia yang terus berdiri dengan perut yang besar membuat kaki rasanya kebas.

“Seok cari tempat duduk yok aku cape.” Keluhnya pada sang suami. Seokmin yang paham langsung siap mencari tempat duduk kosong yang sekiranya nyaman untuk Jisoo.

Maka ia tuntun si manis menuju kursi yang berada tak jauh dari sana membiarkannya untuk beristirahat sejenak.

Jisoo yang memang sudah kelelahan itu bernafas lega setelah mendaratkan bokongnya, merenggangkan otot kakinya dengan nafas yang mulai ia stabilkan.

“Kamu mau makan sesuatu sayang?”

“Umm beliin minum aja, aku haus.”

Seokmin mengangguk menyuruh Jisoo menunggu sebentar sedangkan dirinya berjalan ke sisi lain mall mencari penjual minuman yang sekiranya aman untuk Jisoonya minum.

Sambil menunggu Seokmin, Jisoo mengedarkan pandangannya memperhatikan lalu lalang orang orang yang tengah menghabiskan waktu bersama keluarga, teman atau pasangan mereka.

Hingga tiba tiba suasana hati Jisoo berubah kala melihat sepasang kekasih yang lewat didepannya, mereka sangat cocok tapi bukan itu yang membuat suasana hati Jisoo berubah.

Ia memperhatikan laki laki manis yang merangkul tangan kekasihnya, dilihat oleh Jisoo bergantian dengan perutnya. Ah rasanya aneh saat melihat perutnya yang sekarang sudah semakin besar.

Ya, belakangan ini si manis tengah memendam sendiri rasa ketidak percayaan diri terhadap perutnya yang besar itu.

Beberapa waktu lalu ia diam-diam mencoba baju baju yang dulu sering di pakai dan semua benar benar tidak bisa Jisoo gunakan. Rasanya Jisoo rindu pada tubuh langsingnya.

Tubuh yang dulu begitu nyaman untuk dibawa kemana mana, berjalan berjam jam mengelilingi mall, tidur dengan posisi yang miring atau bahkan tengkurap. Intinya tidak sesulit saat dia memiliki tubuh yang sekarang.

“Hey kok ngelamun sih? Nih minumnya.” Seokmin tiba tiba sudah kembali membawa segelas minuman rasa coklat kesukaan Jisoo.

“Makasih.” Balas Jisoo sambil tersenyum simpul.

“Kenapa?”

“Hum?”

“Kamu kenapa tadi ngelamun? Perutnya sakit?”

“Engga kok ngga ada kenapa napa.”

“Jisoo, jangan di simpen sendiri. Kamu mau cerita aku pasti dengerin kok.”

Tidak. Jisoo bukan tidak ingin menjawab. Dia hanya terlalu malu untuk mengatakan pada suaminya jika dia kurang percaya diri dengan penampilannya yang sekarang.

Jisoo merasa Seokmin lebih suka padanya saat tubuhnya langsing bukan perut buncit dan pipi gembulnya.

“Soo?”

“Aku jelek ya kalo gendut gini?” Pertanyaan itu berhasil mengalihkan atensi Seokmin.

Dirinya paham arah pembicaraan mereka akan kemana. Pasti karena soal baju yang tadi pagi sempat ia debatkan dengan si manis.

“Jisoo...”

“Iya aku gendut sekarang, jelek, gak kaya dulu yang langsing dan bisa pake baju apa aja.”

“Hey siapa yang bilang kamu jelek? kasih tau sini biar aku yang tonjok dia.”

Bukannya menjawab Jisoo malah menundukkan kepalanya. Ingin menangis tapi mereka masih di tempat umum rasanya tidak epic sekali bukan.

Maka yang Seokmin lakukan selanjutnya adalah berjongkok di depan si manis sambil menggenggam kedua tangannya. Ia mendongak keatas menatap Jisoo yang matanya sudah berkaca kaca.

“Sayangku dengerin yaa, gendut itu wajar karena kamu lagi hamil. Yang ngga wajar itu kamu hamil tapi masih langsing.
Ngga ada yang bilang kamu jelek, kalo ada sini kasih tau biar aku tonjokkin.

Jadi stop nilai diri kamu sendiri jelek. Kamu ngga jelek, kamu cantik, manis, gumusin pula.

Jangan sedih yaa kasihan adeknya nanti ikut sedih kalo papanya sedih. Jisoo harus happy biar adeknya juga happy, ya sayang yaa?”

Buih air mata menetes dan langsung Seokmin usap. Ia berdiri membawa si manis kedalam pelukannya.

“Jangan dipikirin lagi soal gendut atau kurus yang penting kamu sama si adek sehat itu udah cukup banget buat aku Soo.”

“Maaf ya Seok.”

“Nggak papa sayang itu wajar wajar aja. Sabar yaa tunggu sebentar lagi pasti semua bakal balik kaya sedia kala. Okey cantik?”

Jisoo mengangguk dan Seokmin merasakannya. Ia mewajarkan apa yang tengah Jisoo pikirkan. Ya mau bagaimana lagi, namanya orang hamil pasti akan merasakan perubahan pada dirinya yang sangat signifikan.

“Sekarang kamu makan sesuatu? tadi pagi kan baru sarapan roti.”

“Umm ayah, adeknya bilang pengen makan shushi.”

“Sayang yang bener aja kamu?”

“Huum adek yang mau...”

“Minggu lalu kamu juga minta shushi tapi baru cium baunya aja udah muntah.”

“Tapi ini adek yang mau Seok.”

Seokmin tidak bisa menolak jika Jisoo sudah menggunakan puppy eyes sebagai senjata pamungkasnya. Alhasih dirinya mengiyakan menuruti ajakan pakmil yang ngidam ingin makan shushi.

Berdoa saja semoga Jisoo tidak muntah lagi seperti minggu lalu karena mencium bau amis.

--

--

No responses yet