i promise you

matchawcoffe
5 min readSep 23, 2023

“Boleh ya bunda ya... pliss satu kali ajah” Seokmin yang berusia lima tahun tengah merengek pada sang bunda.

Pasalnya bocah itu menginginkan sebuah mobil mainan yang kemarin tak sengaja ia lihat saat pergi ke mall bersama bundanya.

“Sayangku yang ganteng, kan kemarin ayah baru beliin kamu robot. Sekarang robotnya dimana coba?” Jelas Dami pada putra bungsunya.

“Gatau pokoknya aku mau mobil yang kemarin itu!!!”

Seokmin mendengus kesal meninggalkan ruang tamu dan keluar rumah tanpa berpamitan.

“HEH MAU KEMANA KAMU?!” Itu kakak perempuan Seokmin yang tengah menyiram bunga dihalaman depan.

“Gatau. Aku marah sama bunda!!!”

Seokmin kecil benar benar berjalan keluar meninggalkan rumah dengan keadaan marah.

“Kak kok adeknya dibiarin pergi?”

Dami yang ikut menyusul keluar menatap putri pertamanya dengan khawatir.

“Paling juga di taman depan bun, nanti kakak susulin abis selesai ini. Disana banyak yang main kok.”

Setelah mendapatkan penjelasan, Dami memutuskan masuk kedalam rumah untuk menyelesaikan acara memasaknya yang sempat tertunda.

Taman yang dimaksud memang tak jauh dari rumah Seokmin, yah sekitar 100 meter mungkin?

Tapi karena perumahan mereka termasuk perumahan elit sehingga para orang tua tidak terlalu khawatir karena disana akan ada orang dewasa yang berjaga setiap harinya.

Seokmin masih menggerutu kesal pada bundanya. Ini pertama kalinya keinginannya tidak dikabulkan karena setiap Seokmin meminta sesuatu bunda atau ayahnya akan menuruti selama yang di minta masih wajar.

“Kalo begitu nanti minta ke ayah aja lah, bunda gak sayang lagi sama Seokmin.”

Baru saja Seokmin masuk ke gerbang depan, atensinya jatuh pada seorang anak laki laki seusianya yang tengah duduk di salah satu kursi taman.

Seokmin memperhatikan dengan seksama. Anak umur enam tahun yang penasaran kenapa dia duduk sendiri? Kenapa tidak ikut bermain dengan anak lain?

Dengan hati hati, Seokmin mendekati anak kecil itu berniat untuk mengajaknya bermain juga. Sepertinya dia anak baru jadi sekalian saja Seokmin ajak berkenalan.

“Hai...” Sapa Seokmin dengan senyum dan lambaian tangannya.

“Uuu?” Si lawan bicara menatap Seokmin bingung mungkin juga terkejut karena kedatangan Seokmin yang tiba tiba.

“Hallo aku Lee Seokmin, nama kamu siapa?” Seokmin menjulurkan tangan berniat mengajaknya berkenalan.

“Umm Jisoo, Hong Jisoo.”

Anak laki laki bernama Jisoo itu membalas uluran tangan Seokmin juga senyumnya yang membuat mata rusanya menghilang.

“Kenapa engga ikut main? Kamu baru pindah yaa?” Pertanyaan yang Seokmin lontarkan Jisoo jawab dengan gelengan lucu.

“Terus kenapa gak ikut main? Kamu gak bisa main bola?” Lagi. Pertanyaan Seokmin kini dijawab anggukan lucu.

“Oooo kalo gitu mau aku ajarin gak?” Jisoo kembali mengangguk menyetujui ajakan Seokmin.

Seokmin mengambil salah satu bola yang berada disana kemudian mengajak Jisoo ke sisi lain lapangan. Dua bocah enam tahun itu terlihat begitu asik pada permainan mereka.

Jisoo yang dengan cepat memahami apa yang Seokmin ajarkan, dan Seokmin juga senang bisa membantu teman barunya itu hingga bisa bermain bola.

“Soo istirahat dulu yuk aku capek” Ajak Seokmin.

Keduanya kini berada di sebuah gazebo dekat pohon mangga. Seokmin merebahkan tubuhnya sedangkan Jisoo memilih untuk duduk dengan kaki bersila.

“Soo, kok aku baru pertama ini liat kamu? Emangnya kamu gak pernah keluar rumah yaa?”

Percakapan yang dimulai dengan santai. Jisoo menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Huh? Beneran gak pernah keluar rumah? Kenapa? Emang rumah kamu di mana?” Seokmin bangkit mendudukkan dirinya berhadapan dengan Jisoo.

Dilihatnya wajah anak laki laki didepannya dengan cermat hingga jarak wajah mereka yang hanya tinggal beberapa centi lagi bisa bersentuhan.

“Kok kamu dari tadi gak ngomong? Cuma nangguk sama geleng-geleng aja. Jangan takut aku baik kok.”

Jisoo yang mendengar itu kemudian tersenyum membuat Seokmin seketika terkesima, apalagi dengan jarak mereka yang lumayan deket.

“Makasih ya Seokmin.”

Tanpa aba-aba Jisoo langsung memeluk tubuh Seokmin, sedangkan yang dipeluk hanya diam karena terkejut dengan perlakuan Jisoo barusan.

“Kamu gak papa kan? Kenapa bilang makasih?”

“Karena Seokmin sudah mengajari Jisoo bermain bola.” Jawab Jisoo apa adanya.

“Tapi terimakasih saja engga cukup”

“Huh??”

“Aku ingin bercerita apa kamu mau dengar?”

Ekspresi wajah Seokmin yang awalnya ceria kini berubah murung. Jisoo yang paham akan hal itu mengangguk singkat.

“Aku lagi marah sama bundaku.”

“Huh kenapa?”

“Soalnya waktu kemarin kita ke mall, aku liat ada mobilan yang bagus jadi aku bilang ke bunda kalo aku mau mobilan itu. Tapi bunda malah bilang gak boleh beli.”

Wajah Seokmin benar benar terlihat begitu murung menceritakan kejadian dirumah tadi pada Jisoo, teman barunya.

“Memangnya mainan Seokmin sedikit ya, makanya Seokmin pengen beli mobilan biar mainan kamu tambah banyak?”

Seokmin menggeleng ribut dengan tangan yang ia silangkan membentuk huruf x didepan dadanya.

“Engga!!! Mainan aku banyak banget Soo. Kemarin juga ayah baru beliin aku robot. Besok main saja ke rumahku kita bisa main bareng bareng.” Kata Seokmin menjelaskan.

“Tuh kan, makannya bunda kamu nolak buat beliin.”

“Kenapa gitu??? Bunda selalu nurutin apa yang aku mau kok, kalo gini berarti bunda gak sayang lagi sama aku.”

Jisoo buru buru menggelengkan kepala cepat.

“Bukan gitu Seokmin, bunda kamu sayang kok sama kamu. Itu bunda kamu ngelarang buat beli mainan lagi karena baru kemarin ayah kamu beliin.

Bunda kamu gak mau kamu jadi pemboros, beli sesuatu yang kamu sendiri masih punya banyak dirumah. Kata mamahku kita itu harus hemat.”

Penjelasan Jisoo memang susah untuk Seokmin mengerti, tapi anak laki laki itu sepertinya paham maksudnya.

“Jadi aku salah yaa kalo bilang bunda udah gak sayang sama aku?” Jisoo kembali mengangguk menjawab pertanyaan Seokmin.

“Terus kamu? Mamah kamu sayang gak sama kamu Soo?”

Hening beberapa saat. Jisoo tak langsung menjawab pertanyaan Seokmin barusan.

“Soo? Mamah kamu jahat ya sama kamu?”

Gelengan ribut yang Seokmin dapatkan, membuat anak laki laki itu langsung merangkuh tubuh temannya.

Seokmin melakukannya karena tadi Jisoo benar benar menggelengkan kepalanya cepat sekali, tentu saja Seokmin kecil takut jika kepala temannya akan sakit nanti.

“Udah Jisoo jangan takut, Seokmin ada disini kok. Jisoo tenang aja, Seokmin bakal lindungin Jisoo kalo ada yang jahat ke Jisoo. Okey?”

Kelingking yang saling bertaut membuat sebuah janji diantara dua anak tersebut. Seokmin tersenyum senang dan Jisoo merasa nyaman akan kehadiran Seokmin di sana.

“SEOKMIN BUNDA SURUH PULANG!!!!”

Suara perempuan yang mengalihkan atensi Seokmin.

Laki laki kecil itu bergegas menuju sumber suara dimana sang kakak perempuannya tengah menunggu tak jauh dari sana.

“Kakak!!! Seokmin dapet teman baru, namanya Jisoo. Kakak mau kenalan?”

Mendapatkan pertanyaan barusan, sang kakak mengikuti arah tunjuk adiknya ke gazebo yang ada di sana.

“Hah siapa sih? Gak ada orang juga”

“Eh?”

“Udah cepetan bunda udah nunggu dirumah”

“Tapi Jisoo...”

Seokmin kembali menengok kebelakang saat tangannya di tarik paksa oleh sang kakak dan benar, Jisoo yang Seokmin maksud sudah tidak ada lagi disana.

“Dia kemana?” Batin Seokmin penuh tanya.

--

--

No responses yet