childhood friend
Panasnya Korea memang tidak bisa dibohongi. Terbukti dari saat Jisoo baru saja menginjakkan kakinya di pintu kedatangan bandara.
Laki laki itu menatap ponsel ditangannya untuk segera memesan taxi dan mengantarkannya ke rumah teman sang mamah yang nantinya akan menjadi tempat tinggal Jisoo selama kuliah.
Butuh sekitar 30 menit hingga akhirnya Jisoo sampai didepan sebuah rumah 2 tingkat dengan garasi yang cukup lebar juga taman dan kolam dihalaman depan.
Sedikit ragu namun akhirnya Jisoo mengetuk pelan pintu rumah tersebut.
“Ehhh ya ampun kenapa gak telfon tante buat jemput di bandara?” Suara khas seorang wanita paruh baya yang muncul di balik pintu.
Yuri, wanita yang masih terlihat awet muda itu menuntun Jisoo masuk kedalam rumah.
Ruang tamu yang luas dengan sebuah lukisan besar disana dan beberapa barang barang antik diletakan di rak sebelah tv.
“LEE JIHOON, LEE SEOKMIN, LEE CHAN HELLOW TOLONG KE RUANG TAMU SEKARANG YA!!!”
Oh Jisoo lumayan terkejut mendengar teriakan itu, pasalnya saat di rumah sang mamah tidak pernah berteriak.
Jangankan berteriak, kadang memanggil Jisoo dengan suara lirih saja Jisoo dengar.
“Mih gak usah teriak sih, orang kakak ada di dapur juga.” Jihoon, anak pertama keluarga lee muncul dari arah dapur dengan secangkir kopi di tangannya.
Mata panda dapat Jisoo lihat disana juga sorot mata mengantuk seperti orang yang tidak tidur tadi malam.
“Kamu tuh ya begadang terus kak... inget kesehatan, kalo kamu sakit mamih yang diomelin sama bapak kamu karena gak bisa jaga anak. Padahal anaknya sendiri yang ngeyel.” Cibir Yuri memperhatikan penampilan anak pertamanya.
“Ya mah kenapa panggil adek?” Sahut laki laki lain yang sedikit berlari menuruni tangga masih dengan baju tidurnya.
“Astaga... kalian udah mandi belum sih?”
“Belum.” Jawab Jihoon dan Chan bersama.
“Eh? Jisoo?” Sepertinya Jihoon yang pertama kali menyadari keberadaan Jisoo disana.
Merasa namanya terpanggil Jisoo tersenyum canggung, namun Jihoon langsung merangkulnya seperti seseorang yang sudah lama sekali tidak bertemu.
“Lo udah gede sekarang ya Soo, gila 10 tahun lalu masih nangis gegara di gangguin Seokmin.” Yah Jisoo lagi lagi hanya bisa tertawa canggung.
“Jisoo ini Chan, dulu yang masih tante gendong waktu kita ke tempat kamu.” Chan yang juga sebenarnya sudah tau siapa Jisoo itu memilih untuk mengajak berjabat tangan saja.
“Seokmin kemana?” Yuri menoleh ke kanan kiri mencari anak tengahnya yang entah kemana.
“Main sama Mingyu, paling juga band band ga jelas itu.” Balas Jihoon seadanya.
Setelah beberapa menit berbincang, Yuri menyuruh anak pertamanya untuk mengantarkan Jisoo ke kamar barunya di lantai dua.
“Itu kamar gue yang paling ujung, nah yang tengah itu kamar Seokmin sama Chan.” Jisoo mengangguk mendengar penjelasan Jihoon.
Jisoo memilih istirahat sebentar sebelum akhirnya ia memutuskan pergi ke halaman belakang sekaligus menelfon sang mamah jika dirinya sudah sampai.
Disisi lain.
Seokmin baru sampai di rumah setelah latihan band nya. Ya walaupun band yang memang hanya untuk sekedar have fun, tapi beberapa kali mereka manggung di cafe atau acara acara non formal setiap bulan.
Suasana rumah yang sepi di hari minggu bukanlah suatu yang asing lagi bagi Seokmin. Pria berhidung bangir itu memutuskan ke dapur untuk mengambil minuman dikulkas.
Baru saja Seokmin membuka tutup dan meminumnya, ia langsung menyemburkan tepat kearah wajah Jisoo yang baru masuk dari halaman belakang.
Jisoo yang sama sama terkejut pun hanya mematung ditempat berusaha memproses jalan otaknya.
Brugh
“Anjg”
“Seokmin gila ya lo, main sembar sembur muka orang!!!”
Jihoon yang baru saja memukul bahu sang adik, buru buru mengambil tisu dan membersihkan wajah Jisoo.
“Sakit Ji ssttt, lagian situ bikin kaget kan refleks nyemburin tu minuman. Siapa sih? Temen lo?” Seokmin menatap Jisoo dengan tatapan sulit diartikan.
“JISOO INI MASA LU GAK KENAL?! Ck parah lu masih muda udah lupaan. Udah Soo lo mandi dulu aja, handuk sama alat mandinya udah gue siapin di kamar.”
Dan setelah kepergian dua orang itu, Seokmin masih mencoba mengingat ingat siapa Jisoo itu.
‘Jisoo? Hong Jisoo? Bocah yang dulu gue jitak trus nangis itu bukan sih? Lah iya anjir.... kok sekarang cantik' hanya Seokmin dan Tuhan yang tau tentang suara hatinya.
Semenjak kepindahannya di sana, hidup Jisoo benar benar berubah 180 derajat.
Dirinya yang sudah terbiasa sendiri, kini memiliki 3 saudara yang benar benar menguras banyak kesabaran.
Dari yang setiap hari Jihoon dan Seokmin bertengkar karena masalah gitar, Chan yang berteriak karena terus Seokmin ganggu dan Seokmin yang hampir setiap hari selalu ada di sekitar Jisoo.
Seokmin Seokmin Seokmin. Isi kepala Jisoo hanyalah makhluk menyebalkan yang selalu saja bertingkah tidak jelas dan tanpa sebab.
Rasanya Jisoo ingin berteriak saja dan mengadu pada pada Tuhan kenapa cobaannya begitu berat, bahkan malam ini benar-benar sebuah cobaan hidup terberat untuk Jisoo.
“Yah yah pliss gue gak bisa tidur sendiri...”
Sudah kesekian kalinya Seokmin terus memohon agar malam ini dirinya tidur dikamar Jisoo.
Pasalnya Seokmin yang selalu tidur bersama Chan itu malam ini harus terima nasib tidur sendiri karena sang adik sedang ada kegiatan di sekolahnya dan Jihoon yang akhir akhir ini jarang pulang membuat Jisoo lah yang menjadi sasarannya.
“Seok astaga, lo udah 20 tahun masa iya gak bisa tidur sendiri?!”
“Gak bisa Soo... gue gak bisa kalo tidur sendiri.” Dengan muka memelas yang dibuat buat.
Jisoo memijit pangkal hidungnya pusing melihat kelakuan manusia didepannya.
“Oke lo tidur di kamar gue. Tapi inget, gausah macem macem, gausah banyak komen. Cukup tidur, okey?!”
Dengan anggukan antusias, Seokmin menerobos masuk kamar Jisoo dan langsung merebahkan dirinya dikasur layaknya kamar sendiri.
“Ck lo pinggir sana gue pinggir sini. Udah diem gue mau tidur.”
Mereka berdua benar benar tidur bersama dengan Jisoo yang memilih untuk memunggungi Seokmin disebelahnya.
Sunyi. Tak ada suara apapun selain jam dinding dikamar tersebut. Jisoo belum tidur, dia hanya berpura-pura memejamkan matanya sedangkan Seokmin masih terjaga menatap langit langit kamar dengan tatapan seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
“Soo... udah tidur?”
“...”
“Oh udah tidur ya, gue gak bisa tidur…”
“Hhhh”
Jisoo membalikkan badan menatap Seokmin dengan tatapan jengah.
“Kan katanya lo gak bisa tidur sendiri, ya udah sekarang udah ada gue jadi sekarang lo tidur ya Seok.” Suara Jisoo benar benar terdengar kesal, namun ia tahan.
“G-gue boleh peluk gak?”
Ucapan Seokmin berhasil membuat Jisoo melotot menatap horor kearah makhluk didepannya.
“Gue gak ngomong yaa kalo harus peluk orang dulu baru bisa tidur”
“Gila ya lo?!”
“Pliss cuma peluk aja kok gak macem macem, gue tau lo udah ngantuk jadi pliss kasih izin gue peluk lo biar gue bisa tidur.”
Jisoo sudah kehabisan kata kata. Ia benar benar tidak habis pikir pada sosok Seokmin yang ternyata secemen ini.
“Oke. Inget cuma peluk gak macem macem.”
Dengan berat hati, Jisoo akhirnya mempersilahkan Seokmin memeluk tubuh mungilnya yang ternyata sangat pas untuk Seokmin rangkul.
Suasana yang sangat awkward. Jisoo hanya bisa mengedipkan matanya menatap langit langit kamarnya, sedangkan Seokmin yang sudah nyaman pada posisinya memeluk Jisoo.
“Soo bau lu enak hehehe, pake parfum ya?” Ujar Seokmin yang memang hidungnya berada di perpotongan leher Jisoo.
Jisoo yang mendengar itu sontak merinding seketika. Dirasanya nafas Seokmin yang semakin lama semakin membuat Jisoo kehilangan akal.
Nafas Seokmin yang dengan leluasa menerpa titik sensitif Jisoo membuat Jisoo yang tanpa sadar mengeluarkan suara laknat.
“Enghh...”
“Anjg Soo lu ngedesah?!”
“SEOKMIN SIALAN KELUAR LO DARI KAMAR GUE!!!”